Riceknews.id – Kisah seorang nenek berjuang di tengah kepungan banjir. Rohani Ahmad namanya, usianya genap 75 tahun. Tinggal bersama satu anaknya di Desa Mekar, Martapura Timur, Kabupaten Banjar.
Tampak dari rumahnya, langit – langit rumah berbahan triplek sudah lapuk, cat dinding luntur, menunjukkan rumah ini tak sekali diterjang banjir yang puncaknya 2021 silam.
Sialnya, banjir terus berlanjut saban penghujan. Pada Jumat dini hari tadi, nenek bergegas menyelamatkan hartanya dari banjir. Ia tidak ingin pengalaman masa lampau kembali terjadi.
“Banyu (air) di sekitar rumah sudah merembes ke bagian kamar,” tuturnya.
Ironinya, dia belum pernah menerima bantuan terdampak bencana banjir dari pemerintah sejak banjir besar 2021. Maklum, rumahnya masuk ke dalam gang. Pun ada bantuan, sering habis di pinggir jalan. Warga rebutan bantuan.
“Batis (kaki) selalu belancat (kutu air), kada (tidak) pernah sama sekali menerima bantuan dari pemerintah,” keluhnya.
Bagian dapur rumah terendam banjir. Tempat buang hajatnya tak terkecuali. Hal yang mungkin dianggap sepele namun sangat mengganggu aktivitas.
Rohani dengan tertatih harus berjalan menggunakan tongkat untuk ke musala agar dapat mandi dan buang air besar maupun kecil.
“Kebetulan rumah dekat dengan musala, jadi harus lebih hati – hati karena halaman rumah licin,” imbuhnya.
Rohani mengungkapkan bahwa tadi malam sempat di rumahnya, ada hewan anak biawak yang lari di ruang utama.
“Anak biawak ni kuitannya (induk) ganal banar (besar), seukuran urang tuha (manusia dewasa). Kami selalu was-was takut ada hewan buas seperti ular ke sini,” khawatirnya.
Kemudian ia mengungkapkan, semua peralatan elektronik sudah dia amankan bersama anaknya.
“Semoga banjir tahun ini kada besar seperti tahun 2021, saat itu warga di Mekar mengungsi di musholla samping rumah ini,” asanya.
Pewarta: Haris Pranata