Pengukur kualitas udara ambien dengan metode passive semplar dipasang Dinas Lingkungan Hidup(DLH) di beberapa lokasi kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Passive Sampler merupakan peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel udara ambien dengan sistem kerja yang sederhana dan tidak membutuhkan sumber energi listrik dengan parameter ukur NO2 (Nitrogen Dioksida) dan SO2 (Sulfur Dioksida.
“Alat passive semplar kami pasang di beberapa titik koordinat yang ada di Kota Banjarbaru. Dimana setelah dua minggu pemasangan hasil analisis alat ukur kualitas udara tersebut akan kami ambil setiap hari. Lalu akan dikirimkan kepusat,”ucap Kepala Bidang Penegakan Hukum dan Pengendalian Lingkungan DLH Kota Banjarbaru Shanty Eka Septiani.
Lokasi yang dipasang alat passive semplat, ada di kawasan perkantoran Balai Kota Banjarbaru, kawasan pemukiman di Perumahan Kehutanan, Kelurahan Sungai Besar, dan Banjarbaru Selatan.
“Kemudian, kawasan zona transportasi di depan Panti Sosial Bina Mulia Jl.A.Yani KM 27.400, Kecamatan Landasan Ulin dan kawasan Industri LIK Liang Anggang,”ungkap Shanty.
Dijelaskannya, pemantauan kualitas udara oleh DLH Kota Banjarbaru ini, merupakan kali kedua selama tahun 2023 dan juga merupakan komponen untuk Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) di Ibu Kota Kalimantan Selatan.
“Pemantauan kualitas udara dengan peralatan yang dari KLHK ini setahun dua kali, tahap pertama pada tahun ini telah kami lakukan pada Maret-April. Pelaksanaannya bertujuan menyimpulkan kondisi kualitas udara dalam Indeks Kualitas Udara (IKU) yang merupakan salah satu komponen dari Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH),”jelasnya.

Untuk kondisi kualitas udara Kota Banjarbaru, lanjut Shanty, mengalami penurunan akibat kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
“Secara umum saat ini kualitas udara di Kota Banjarbaru mengalami penurunan, hasil dari data indeks standar pencemaran udara di SPKUA RTH Al Munawwarah pagi tadi masuk kategori kuning atau tidak sehat,”pungkasnya.